Dokter mata Ethiopia Dr. Tilahun Kiros memeriksa mata seorang pasien di Rumah Sakit Mata Quiha di Mekelle, Ethiopia.
05.05.2015
Sebuah penelitian baru menambah deretan bukti bahwa orang-orang yang terinfeksi HIV mempunyai sistem ketahanan tubuh yang mirip dengan orang-orang tua. Ini terjadi bahkan bila mereka diobati dengan obat-obatan antiretroviral. Sistem ketahanan tubuh seperti orang tua tersebut membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit tertentu.
Dr. Douglas Jabs mengatakan walaupun masa hidup pasien HIV/AIDS kini lebih panjang, berkat obat-obatan antiretroviral, mereka beresiko lebih tinggi terkena penyakit-penyakit yang terkait dengan usia. Penyakit ini termasuk penyakit jantung, kanker, diabetes dan bahkan keringkihan.
Jabs adalah penulis utama penelitian tersebut yang mengatakan bahwa mereka juga lebih rentan terhadap macular degeneration yang terkait dengan usia atau AMD. Penyakit itu bisa menyebabkan hilangnya penglihatan dan kebutaan di stadium akhir. AMD tercatat sebagai “penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan pada orang-orang yang berusia di atas 65.” AMD menyebabkan kerusakan pada bagian retina yang disebut macula, yang bertanggungjawab untuk memberikan penglihatan yang bersih dan tajam.
Jabs adalah seorang professor ophthalmology dan kedokteran di Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai, New York.
Ia mengatakan, “Semakin banyak data di bidang literatur HIV bahwa pasien yang terinfeksi HIV, yang diobati dengan terapi antiretroviral dan memiliki pemulihan kekebalan tubuh, kini mereka tidak terkena infeksi oportunis, mereka mempunyai kemampuan bertahan hidup yang lebih baik, namun mereka mempunyai kemampuan bertahan hidup lebih singkat dibandingkan dengan pasien yang tidak terinfeksi HIV dalam usia yang sama."
Mereka kelihatannya menderita penuaan yang lebih cepat.
“Selain itu, ahli kekebalan tubuh menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh pasien dengan HIV, yang diobati dengan terapi antiretroviral, mempunyai perubahan yang mirip dengan sistem kekebalan tubuh orang-orang yang berusia 75 tahun yang disebut immunosenescence,” ujarnya.
Dr. Jabs dan rekan-rekannya mempelajari lebih dari 1.800 paisen HIV berusia antara 13 dan 73 dari tahun 1998 sampai 2011. Penelitian tersebut menyebutkan sistem kekebalan tubuh mereka selalu aktif dan mereka menderita peradangan bertahun-tahun, kondisi yang selalu dihubungkan dengan beberapa masalah kesehatan. Dalam beberapa hal, sistem kekebalan tubuh mereka sudah terlalu terekploitasi.
“Mereka menerima banyak stimulasi kekebalan tubuh. Mereka punya banyak sel yang merespon hal-hal yang mereka lihat. Tapi mereka kehilangan beberapa kemampuan untuk merespon terhadap masalah baru. Mereka mempunyai tingkat peradangan sistemik ketika menerima aktivasi kekebalan tubuh. Informasi ini menunjukkan bahwa karena penuaan yang dipercepat dan karena masalah-masalah terkait peradangan dan immunosenescence, pasien yang terinfeksi HIV mungkin mengalami perubahan mata yang sama seperti yang dialami oleh orang tua. Dan kami memutuskan untuk meneliti AMD,” ujarnya.
Ketika dibandingkan dengan sekelompok orang dengan usia yang mirip tapi mereka tidak terinfeksi virus AIDS, mereka memiliki prevalensi empat kali lipat lebih besar untuk macular degeneration.
"Kami meneliti obat-obatan yang mereka konsumsi. Ternyata tidak terkait dengan obat-obatan. Tidak karena obat-obatan sama sekali. Tapi karena sistem kekebalan tubuh yang dipaksa akibat HIV dan lainnya. Dan sistem kekebalan tubuh mereka mirip dengan orang-orang berusia 75 tahun, padahal mereka baru berusia 45 tahun," ujarnya.
Langkah berikutnya, kata Dr. Jabs, adalah memahami apa yang terjadi, untuk menentukan apakah aktivasi menahun sistem kekebalan tubuh dan peradangan sistemik justru meningkatkan resiko lebih besar terhadap AMD. Untuk sementara, ia mengatakan pesan dari penelitian ini adalah untuk tetap waspada, tangani penyakit yang diidap oleh pasien HIV dengan cara yang sama ketika menangani orang-orang yang lebih tua dengan penyakit yang sama.